Minggu, 28 April 2013

Peninjauan Lokasi Pembangunan Menara Telekomunikasi PT IBS

Peninjauan Lokasi Pembangunan Menara Telekomunikasi PT IBS

BERITA – Kamis, 11 Apr 2013 08:43 WIB
FotoRabu, 10 April 2013 Dinas Perhubungan bersama dinas instansi terkait yang tergabung dalam Tim Pengawasan dan Pengendalian Menara Telekomunikasi, melakukan rapat koordinasi dan peninjauan lokasi rencana pembangunan menara telekomunikasi PT Inti Bangun Sejahtera di dusun Jagan Bangunjiwo Kasihan, di Dusun Jerontabag Bangunjiwo Kasihan dan di dusun Cangkringmalang Timbulharjo Sewon, sesuai dengan tupoksi dinas memberikan rekomendasi Jasa Pelayanan telekomunikasi dan informatika.
Disampaikan oleh Kabid KTSP VC Yuliastiningsih SH MM, permohonan Rekomendasi cellplan telah melalui proses telaah analisa spasial untuk mengetahui masuk tidaknya sebuah titik koordinat dalam zona, dilanjutkan peninjauan awal dari Dinas Perhubungan sebelum mengeluarkan persetujuaan titik koordinat.
Untuk rencana pembangunan menara PT IBS di tiga lokasi ini, Tim menyetujui dikeluarkannya Rekomendasi Cellplan karena semua lokasi masuk dalam zona dan terpenuhi jarak minimal 2x tinggi rebahan menara apabila dalam zona terdapat menara lain. (Bt)

Harga Sewa Menara Telekomunikasi Bakal Terkerek Dampak Kenaikan Harga Baja


Jakarta - Asosiasi Pengembang Menara Telekomunikasi (Aspimtel) memperkirakan harga sewa menara telekomunikasi pada tahun ini meningkat 10% karena kenaikan harga bahan baku baja lokal sebesar 15%.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Aspimtel, Peter Simanjuntak mengungkapkan, saat ini komponen baja merupakan bahan utama pembangunan menara yang berkontribusi hingga 50%. Naiknya harga baja lokal sebesar 15% akan mempengaruhi pembangunan menara telekomunikasi terutama di daerah baru
Meningkatnya harga baja lokal, menurut Peter akan berpengaruh kepada belanja modal dan biaya operasional perusahaan-perusahaan menara. “Kenaikan harga sewa menara tidak hanya disebabkan kenaikan harga baja, tetapi juga didorong kenaikan tarif listrik sebesar 15% dan upah minimum provinsi (UMP) di beberapa daerah,” paparnya di Jakarta, Rabu (27/2).
Perusahaan menara, lanjut Peter, diharapkan melakukan negosiasi dengan operator telekomunikasi yang menjadi penyewa menaranya, supaya terjadi titik temu soal harga sewa. “Kenaikan harga sewa merupakan hal yang tidak bisa dihindari. Harga sewa menara akan kembali naik jika harga baja terus meningkat,” ujarnya.
Saat ini. penyewa utama menara telekomunikasi adalah operator telekomunikasi. Durasi sewa operator biasanya 8 tahun-10 tahun, dengan masa perpanjangan hingga 5 tahun.
Permintaan menara baru setiap tahun mencapai 6.000 unit dan 60% dari permintaan tersebut didorong dari kebutuhan PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL). Sementara permintaan menara dari operator code division multiple access (CDMA) cenderung stagnan.
Sementara itu,Direktur Marketing Krakatau Steel Irvan Kamal Hakim menuturkan, tekanan produk baja dari luar negeri cukup besar, misal dari China. Namun, pangsa pasar KS sampai 2014 di kisaran 65 %, tetap lebih baik dibandingkan Jepang dan Korea yang hanya menguasai pangsa pasar dalam negeri di negaranya masing-masing sebesar 35%.
Untuk itu, kata Irvan, Krakatau berharap pemerintah bisa memberikan perhatian lebih pada kebijakan baja nasional. Saat ini, meski Krakatau Steel juga memimpin di pasar ekspor, dari segi persaingan dengan China tetap kalah. Mengapa? Sebab, China mengeluarkan kebijakan dalam industri strategis.
Irvan memberi contoh, bagaimana baja khusus untuk menara menara (tower) telekomunikasi (BTS), harga pabrikasinya lebih murah dibanding bahan baku. "Baja tower (China itu), sampai pabrikasi di sini tinggal distel, itu harganya bisa lebih murah dari bahan baku. Bagaimana mungkin? Itu kan, karena ada kebijakan yang mendukung," kata dia.
Tentunya, Irvan menambahkan, kuncinya untuk memenangkan pertarungan di sisi ekspor, harus banyak diungkapkan masalah kebijakan ini dan banyaknya komitmen perdagangan bebas. Perusahaan baja nasional, PT Krakatau Steel Tbk (KS) optimis bisa menjadi raja baja di tingkat nasional. Bahkan, dari sisi penguasaan pasar, Krakatau jauh lebih baik dibanding perusahaan baja milik negara seperti di Jepang dan Korea.
Direktur Marketing Krakatau Steel Irvan Kamal Hakim menuturkan, tahun depan, pangsa pasar KS di Indonesia masih sebesar 65%. Pangsa pasar ini tidak bergerak dibandingkan tahun ini. "65% itu sampai 2014, karena kita baru ekspansi 2014," kata Irvan.
Andalkan Impor
Pembangunan infrastruktur menjadi pendorong utama dalam penggunaan besi terlebih dengan adanya program Masterplan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).  Dengan adanya program pembangunan infrastruktur tersebut, permintaan besi semakin meningkat. Namun, di kala permintaan semakin meningkat, tidak satupun produsen lokal bahan baku besi bisa memasoknya.
Hal ini seperti dikemukakan Ketua Asosiasi Industri Pengecoran Logam Indonesia (Aplindo) Achmad Safiun ketika ditemui seusai press conference Pameran Indometal 2013 di Jakarta, Senin (18/2). "Realisasi konsumsi besi baja Indonesia 2012 telah mencapai 9 juta ton. Untuk tahun ini (2013), kami memprediksi akan tumbuh sekitar 20% lantaran pembangunan yang semakin banyak dan juga program MP3EI pemerintah turut mendorong penggunaan besi baja," ujarnya.
Namun demikian, Safiun mengatakan bahwa 100% bahan baku baja adalah impor. Pasalnya produsen lokal tidak mampu memanfaatkan Sumber Daya Alam (SDA) Indonesia untuk dijadikan bahan baku besi baja. "Dahulu pernah biji besi diolah di Krakatau Steel (KS) namun KS belum berhasil menjadi barang jadi. Maka dari itu, hingga sekarang KS belum mampu memprdoksi besi dari mineral," katanya. Justru, kata dia, KS hanya memanfaatkan besi-besi tua untuk didaur ulang sehingga bisa dimanfaatkan kembali.

Bisnis Penyediaan Menara Telekomunikasi Makin Menjulang

Bisnis Penyediaan Menara Telekomunikasi Makin Menjulang

Menara BTS (Foto: IST)
SPC, Jakarta - Bisnis penyediaan menara telekomunikasi (BTS) di dalam negeri berkembang pesat, karena sejumlah pemain baru bermunculan sejalan dengan ekonomi Indonesia yang tumbuh stabil. 
“Ekonomi Indonesia yang tumbuh di atas enam persen itu menarik bagi pemain baru untuk turut serta dalam bisnis tersebut,” kata Direktur utama PT Tower Bersama Group, Herman Setya Budi, seperti dikutip, Jumat (19/4/2013).
Herman Setya yang didampingi Direktur Keuangan, Helmy Yusman Santoso mengatakan, bisnis infrastruktur terutama bidang telekomunikasi di dalam negeri masih akan terus berkembang ke depannya.
“Kami optimis pasar bisnis tersebut akan makin tumbuh,” ucapnya.
Untuk itu, lanjut dia, perseroan telah mempersiapkan dana yang berasal dari global bond sebesar 300 juta dolar AS dan pinjaman yang belum ditarik sebanyak 210 juta dolar AS.
“Dana tersebut dinilai cukup untuk melakukan pembelian tower, apabila ada penawaran dari operator telekomunikasi, ” katanya.
Ditanya munculnya sejumlah pemain baru, menurut dia, karena Indonesia merupakan tempat yang menarik untuk melakukan kegiatan usaha. Adanya sejumlah pemain baru menunjukkan bisnis infrastruktur dibidang telekomunikasi makin menarik.
Terkait dengan kurs nilai tukar rupiah yang saat ini cenderung mengalami pelemahan, Helmy mengatakan pihaknya tidak mengkhawatirkan kondisi itu dikarenakan perseroan menerapkan sistem “hedging”.
“Kurs tidak masalah karena kami melakukan `hedging`. Sebisa mungkin semua utang di-hedging, tapi bertahap,” kata dia.
Mengenai laba bersih, menurut Direktur keuangan, Helmyu Yusman Santoso, perseroan memperkirakan akan dapat meraih laba bersih sebesar Rp1 triliun.
“Laba bersih sebesar itu lebih tinggi dibanding tahun lalu hanya Rp841 miliar,” ujarnya.
Laba bersih Rp841 miliar itu, lanjut dia akan diambil Rp10 miliar sebagai laba ditahan, sedangkan Rp831 miliar digunakan perseroan untuk semua kegiatan operasional.
“Kami yakin bisnis makin diminati masyarakat karena besarnya kebutuhan terhadap menara telekomunikasi itu,” katanya.
Sementara, terkait rencana anggaran belanja (capex) tahun ini, menurut dia mencapai 250 juta dolar AS yang difokuskan untuk meningkatkan jumlah antena generasi ketiga (3G) seiring dengan kebutuhan akses data masyarakat.
“Penggunaan akses data mencetak pertumbuhan yang cukup signifikan dibandingkan suara dan pesan singkat,” ujarnya.
Per Desember 2012, Tower Bersama Infrastructure memiliki dan mengoperasikan 8.439 situs dengan 13.708 penyewaan. (SPC/25/Yahoo)

Pansus DPRD Telusuri Menara Telekomunikasi di Manado

Jumat, 12 April 2013 | 05:17:40
MANADO (EKSPOSnews): Panitia khusus (Pansus) DPRD Manado bersama Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) serta Dinas Tata Kota turun lapangan lagi mengumpulkan data menara telekomunikasi.
"Kami melihat langsung kondisi menara telekomunikasi milik provider maupun perusahaan penyedia, di Wenang dan Tuminting," kata Ketua Pansus Menara Telekomunikasi Sarifudin Saafa, usai turun lapangan, Kamis 11 April 2013.

Dalam kunjungan tersebut, Saafa minta agar perusahaan memperlihatkan IMB, UPL, UKL dan HO sebagai legalitas berdirinya menara di tengah ataupun jauh dari pemukiman.

Saafa bersama tim Pansus dan gabungan Kominfo serta Dinas Tata Kota Manado juga minta masukan dari para pemilik menara, apa saja kendala dan hambatan dalam pembangunan dan operasionalnya selama ini.

Ia mengatakan, nanti masukan yang disampaikan para pemilik menara tersebut, akan dibahas bersama Pansus dan pemerintah sehingga nantinya Peraturan daerah yang dihasilkan, baik.

Perwakilan dari PT Smartfrend, Wim Talangamin mengatakan masih meminta data dari kantor besar di Makassar, karena di Manado hanya area teknik saja.

"Nanti UPL, UKL dan IMB akan kami perlihatkan, dan copian akan diserahkan kepada Pansus sebagai tanda legalitas operasional kami," kata Wim.

Anggota tim Pansus Widjayanto Patonti, mengatakan berbagai masukan dari pemilik menara maupun provider akan menjadi bahan pertimbangan dalam pembahasan dan finalisasi Perda nantinya.(ant)

2014, Tower Telekomunikasi Akan Ditarik Retribusi

 
27 April 2013 | 07:27 wib
2014, Tower Telekomunikasi Akan Ditarik Retribusi

SOLO, suaramerdeka.com - Pemilik menara telekomunikasi di Solo, harus siap-siap membayar retribusi atas keberadaan towernya. Mulai 2014, Pemkot Surakarta akan memberlakukan penarikan retribusi menara telekomunikasi, yang diperkirakan bisa memberi kontribusi pendapatan asli daerah (PAD) mencapai Rp 470 juta setahun.
Kasi Telekomunikasi Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Kota Surakarta Surya Dewantara mengungkapkan, draf peraturan wali kota (perwali) sebagai payung hukum penarikan retribusi, saat ini sedang disusun.
"Sembari menunggu draf perwali kelar, kami menyosialisasikan rencana penarikan retribusi ini ke pemilik tower. Sehingga saat aturan retribusi diterapkan, sudah ada pemahaman dari pelaku usaha," katanya.
Dijelaskannya, berdasarkan audit yang dilakukan November 2012 lalu, jumlah tower telekomunikasi yang sudah berdiri (existing) di Kota Bengawan mencapai 145 menara. Dengan jumlah tower sebanyak itu, penarikan retribusi diperkirakan bisa menyumbang PAD Rp 300 juta hingga Rp 470 juta.
Perhitungan retribusi mengacu pada surat Direktorat Jenderal Pajak No.17 Tahun 2003 tentang Petunjuk Teknis Penilaian Bangunan Khusus. Retribusi dihitung maksimal dua persen dari Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) lokasi menara.
Penetapan retribusi juga mengacu tiga parameter, yakni lokasi, ketinggian dan penggunaan. Dari parameter itu, akan diberikan skor satu hingga tiga, untuk kemudian ditetapkan besaran retribusinya. "Penggunaan menara bersama juga mempengaruhi besaran retribusi. Kalau tower bersama, retribusinya tentu lebih ringan," jelasnya.
Sebagai kompensasi atas pembayaran retribusi tersebut, Pemkot akan menjalankan tugas penataan, pengendalian dan penertiban. "Di draf perwali juga sudah disusun ketentuan soal monitoring, evaluasi dan pengendalian menara telekomunikasi," ujar Surya.