Senin, 02 Januari 2012

Smartfren Tuntaskan Penjualan 705 Menara Di Januari 2012



JAKARTA (IFT) - PT Smartfren Telecom Tbk (FREN), emiten telekomunikasi, akan menyelesaikan transaksi penjualan 705 unit menara telekomunikasinya pada Januari tahun depan. Dana hasil penjualan menara tersebut akan digunakan untuk membayar utang yang jatuh tempo, biaya operasional, dan modal kerja perusahaan.

Dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia, Jumat, Smartfren menyampaikan menjual 705 menara telekomunikasi ke PT Inti Bangun Sejahtera, sebuah perusahaan infrastruktur telekomunikasi yang berbasis di Jakarta, pada 19 Desember. Sebanyak 527 menara di antaranya milik PT Smart Telecom, anak usaha Smartfren.

Antony Susilo, Direktur Keuangan PT Smartfren Telecom, mengatakan 705 menara telekomunikasi tersebut adalah seluruh aset menara yang dimiliki Smartfren. Perusahaan menjual aset menara untuk berfokus ke bisnis intinya, yakni layanan seluler, sesuai dengan tren di industri telekomunikasi.

"Tower bukan fokus bisnis kami, sehingga kami lepas. Kami menjual aset menara dengan harga pasar," kata Antony kepada IFT, Jumat.

Menurut Antony, perusahaan akan menggunakan dana hasil penjualan menara untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek perusahaan, antara lain untuk membayar utang jatuh tempo, menambah biaya operasional, dan modal kerja tahun depan.

Perusahaan juga akan menggunakan dana tersebut untuk melunasi utangnya kepada PT Inti Bangun Sejahtera. Berdasarkan laporan keuangan di kuartal II 2011, perusahaan tercatat memiliki utang penyewaan antena in-building senilai Rp 7,24 miliar kepada PT Inti Bangun Sejahtera.

Antony tidak menyebutkan kisaran harga jual per menara. Apabila penjualan itu berdasarkan harga pasar yang ditaksir sekitar Rp 1 miliar per menara, diestimasikan Smartfren akan mendapat pendapatan sekitar Rp 700 miliar dari penjualan aset menaranya.

Smartfren belum memberikan laporan keuangan kuartal III 2011, karena belum selesai diaudit dan perusahaan memiliki agenda corporate action dalam waktu dekat.

Berdasarkan kinerja di kuartal II 2011, Smartfren mencatat kenaikan pendapatan 126% menjadi Rp 445,1 miliar dari Rp 196,1 miliar di kuartal II tahun lalu. Jumlah pelanggannya tumbuh 15% menjadi 7 juta orang. Beban usaha tercatat naik 138% menjadi Rp 1,351 triliun, sehingga laba sebelum biaya bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) dan laba usaha perusahaan tercatat turun masing-masing sebesar 82% dan 145%.

Antony mengatakan target pendapatan Rp 1 triliun di tahun ini hampir tercapai. Perusahaan menargetkan pendapatan sekitar Rp 2 triliun pada tahun depan dan jumlah pelanggan menjadi 10 juta pengguna. Untuk mencapai target itu, perusahaan akan melanjutkan ekspansi jaringan dan akan agresif dalam pemasaran untuk mendapatkan sekitar 6 juta pelanggan layanan data dari 1,4 juta pelanggan data di tahun ini.

Efisiensi Beban Usaha
Operator telekomunikasi di Indonesia mulai menjual aset menara di tahun ini dan memilih opsi penyewaan menara untuk mengurangi beban usaha. PT Indosat Tbk (ISAT) positif menjual aset menaranya sebanyak 4.000 unit kepada PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), emiten menara telekomunikasi, pada 15 November. Sementara PT XL Axiata Tbk (EXCL) berencana menjual sekitar 8.500 menara dari sekitar 10 ribu menara yang dimilikinya.

Heru Sutadi, anggota Komite Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia, mengatakan operator telekomunikasi di Indonesia menyadari bahwa saat ini mengelola menara bukan perkara mudah. Pengelolaan menara membutuhkan sumber daya manusia yang besar dan menara kini menjadi salah satu obyek pendapatan asli dearah (PAD) oleh beberapa pemerintah daerah. Di sisi lain, operator harus fokus menyediakan infrastruktur, layanan seluler, dan konten, sehingga operator berpandangan menara bukan lagi menjadi bidang usaha.

Pertimbangan lainnya, kata Heru, tingkat persaingan antaroperator semakin tinggi, sehingga operator mulai berpandangan untuk menekan capital expenditure dan mengalihkannya menjadi operating expenditure. Dalam hal ini, operator berhenti membangun menara dan beralih ke menyewa menara.

Menurut Heru, operator besar menjual menara karena dituntut lebih ekspansif untuk bisa memenangkan persaingan. Rencana ekspansi itu tentu membutuhkan dana besar, sementara para pemegang saham mempunyai keuangan terbatas dan meminta laba dari investasinya. Karena itu, perusahaan menjual aset menara agar mendapat dana untuk mendukung rencana ekspansi.

Penjualan aset menara juga merupakan tren operator telekomunikasi global, di mana operator hanya fokus menjual layanan dan konten seluler.

Pada penutupan perdagangan Jumat, harga saham Smartfren tetap di level Rp 50, sementara harga saham Indosat turun 2,78% menjadi Rp 5.250, dan harga saham XL Axiata naik 2,87% menjadi Rp 4.475.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar