Rabu, 22 Januari 2014

Pertumbuhan Industri Telekomunikasi Moderat di 2014

http://www.bakrieglobal.com/news/read/3441/Pertumbuhan-Industri-Telekomunikasi-Moderat-di-2014

JAKARTA - Asosiasi Telekomunikasi Selular Indonesia (ATSI) menilai pertumbuhan industri telekomunikasi pada 2014 pada kisaran 7%-8%. Pertumbuhan tersebut didorong oleh pertumbuhan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang diperkirakan masih bisa tumbuh di atas 6% per tahun. 

Alex J Sinaga, Ketua Asosiasi, mengatakan pertumbuhan industri telekomunikasi pada 2014 diperkirakan masih bagus karena ada kecenderungan perkembangan yang semakin sehat yang ditunjang olek makro ekonomi yang baik. Selain itu, tren konsolidasi antaroperator yang dimotori oleh PT XL Axiata Tbk (EXCL) dan PT Axis Telekom Indonesia (Axis) akan membuat persaingan sengit antaropertator mulai reda. 

"Kalau terjadi konsolidasi antaroperator di 2014, maka industri telekomunikasi akan lebih baik. Sebab beban infrastruktur operator akan turun dan persaingan juga menurun," kata Alex di Jakarta, pekan lalu. 

Menurut Alex, salah satu yang berpotensi menghambat pertumbuhan industri telekomunikasi adalah depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pasalnya hampir sebagian besar belanja modal industri telekomunikasi dilakukan dalam mata uang dolar AS. 
Dari laporan keuangan emiten telekomunikasi di kuartal III 2013, lanjut Alex, beberapa emiten telekomunikasi mencatatkan rugi kurs yang besar, dampak dari utang dalam bentuk dolar AS. Hal tersebut berpotensi menekan kinerja perseroan serta agresivitas investasi perseroan yang tercermin dalam belanja modal (capital expenditure/capex). 

Selain itu, dari 11 operator yang ada di Indonesia, hanya tiga operator yang mencatatkan pertumbuhan hingga kuartal III 2013. Tiga operator tersebut, adalah PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), PT Indosat Tbk (ISAT) dan XL Axiata. 

"Mayoritas investasi di telekomunikasi masih menggunakan dolar, kalau exchange rate berubah sementara revenue operator dalam bentuk rupiah, maka operator akan terkena dampaknya berupa forex loss. Harapan kami, di 2014 rupiah akan lebih stabil sehingga industri telekomunikasi bisa lebih berkembang," papar Alex. 



Menara Telekomunikasi

Menurut Alex, jika pada tahun depan terjadi tren konsolidasi antaroperator, maka akan terjadi efisiensi dari sisi infrastruktur seperti menara telekomunikasi. Hal ini tentunya membawa dampak pada pertumbuhan industri menara telekomunikasi di Indonesia, secara jangka pendek. 

"Tren konsolidasi antaroperator bisa berdampak ke pertumbuhan industri menara telekomunikasi sekitar satu sampai tiga tahun, berupa perlambatan pertumbuhan. Hal itu ke depan akan mendorong industri menara untuk turut berkonsolidasi ketika jumlah operator semakin sedikit," kata Alex. 

Herman Setya Budi, Presiden Direktur PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), sebelumnya mengatakan bahwa konsolidasi antaroperator di tahun depan memang terlihat seolah-olah menurunkan jumlah sewa terhadap menara telekomunikasi. Tetapi hal tersebut hanya berlaku untuk jangka pendek. 

Menurut dia, ke depan pertumbuhan industri menara telekomunikasi masih bagus. Bahkan perseroan berencana membangun 250-500 menara pada 2014. Sebagian dana pembangunan menara tersebut berasal dari obligasi berkelanjutan tahap I  yang Rp 500 miliar-Rp 1 triliun.(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar