http://www.bakrieglobal.com/news/read/3441/Pertumbuhan-Industri-Telekomunikasi-Moderat-di-2014
JAKARTA - Asosiasi Telekomunikasi Selular Indonesia
(ATSI) menilai pertumbuhan industri telekomunikasi pada 2014 pada
kisaran 7%-8%. Pertumbuhan tersebut didorong oleh pertumbuhan Gross
Domestic Product (GDP) Indonesia yang diperkirakan masih bisa tumbuh di
atas 6% per tahun.
Alex J Sinaga, Ketua Asosiasi, mengatakan pertumbuhan industri
telekomunikasi pada 2014 diperkirakan masih bagus karena ada
kecenderungan perkembangan yang semakin sehat yang ditunjang olek makro
ekonomi yang baik. Selain itu, tren konsolidasi antaroperator yang
dimotori oleh PT XL Axiata Tbk (EXCL) dan PT Axis Telekom Indonesia
(Axis) akan membuat persaingan sengit antaropertator mulai reda.
"Kalau terjadi konsolidasi antaroperator di 2014, maka industri
telekomunikasi akan lebih baik. Sebab beban infrastruktur operator akan
turun dan persaingan juga menurun," kata Alex di Jakarta, pekan lalu.
Menurut Alex, salah satu yang berpotensi menghambat pertumbuhan industri
telekomunikasi adalah depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat
(AS). Pasalnya hampir sebagian besar belanja modal industri
telekomunikasi dilakukan dalam mata uang dolar AS.
Dari laporan keuangan
emiten telekomunikasi di kuartal III 2013, lanjut Alex, beberapa emiten
telekomunikasi mencatatkan rugi kurs yang besar, dampak dari utang dalam
bentuk dolar AS. Hal tersebut berpotensi menekan kinerja perseroan
serta agresivitas investasi perseroan yang tercermin dalam belanja modal
(capital expenditure/capex).
Selain itu, dari 11 operator
yang ada di Indonesia, hanya tiga operator yang mencatatkan pertumbuhan
hingga kuartal III 2013. Tiga operator tersebut, adalah PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), PT Indosat Tbk (ISAT) dan XL Axiata.
"Mayoritas investasi di telekomunikasi masih menggunakan dolar, kalau exchange rate
berubah sementara revenue operator dalam bentuk rupiah, maka operator
akan terkena dampaknya berupa forex loss. Harapan kami, di 2014 rupiah
akan lebih stabil sehingga industri telekomunikasi bisa lebih
berkembang," papar Alex.
Menara Telekomunikasi
Menurut Alex, jika pada tahun depan terjadi tren konsolidasi
antaroperator, maka akan terjadi efisiensi dari sisi infrastruktur
seperti menara telekomunikasi. Hal ini tentunya membawa dampak pada
pertumbuhan industri menara telekomunikasi di Indonesia, secara jangka
pendek.
"Tren konsolidasi antaroperator bisa berdampak ke pertumbuhan industri
menara telekomunikasi sekitar satu sampai tiga tahun, berupa perlambatan
pertumbuhan. Hal itu ke depan akan mendorong industri menara untuk
turut berkonsolidasi ketika jumlah operator semakin sedikit," kata
Alex.
Herman Setya Budi,
Presiden Direktur PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), sebelumnya
mengatakan bahwa konsolidasi antaroperator di tahun depan memang
terlihat seolah-olah menurunkan jumlah sewa terhadap menara
telekomunikasi. Tetapi hal tersebut hanya berlaku untuk jangka pendek.
Menurut dia, ke depan pertumbuhan industri menara telekomunikasi masih
bagus. Bahkan perseroan berencana membangun 250-500 menara pada 2014.
Sebagian dana pembangunan menara tersebut berasal dari obligasi
berkelanjutan tahap I yang Rp 500 miliar-Rp 1 triliun.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar