Selasa, 02 Agustus 2011

Targetkan 1.600 BTS, Tower Bersama Kebanjiran Pesanan BTS





Besarnya pertumbuhan industi seluler di Indonesia memberikan imbas positif bagi PT Tower Bersama Infrastruktur Tbk (TBIG) [2,225 -25 (-1,1%)] sebagai produsen tower untuk telekomunikasi. Pasalnya ditengah tuntutan perbaikan layanan komunikasi, perseroan kebanjiran permintaan pembangunan tower atau BTS.

Presiden Direktur TBIG [2,225 -25 (-1,1%)], Herman Setya Budi mengatakan, ditahun ini menargetkan dapat iin-mih 1.200 hingga 1.600 menara telekomunikasi pada 2011. Maka untuk mencapai target kepemilikan menara itu di setiap kuartal perseroan menargetkan dapat membangun 300-400 menara. "Tiap kuartal kami bangun 300-400 menara. Yang sudah ada di pipeline kami sekarang ada 500 menara yang akan segera dibangun," katanya di Jakarta, Rabu (18/5).

Menurutnya, demi merealisasikan pembangunan menara, perseroan telah menyiapkan dana USS 120 juta. Dana didapat dari hasil penawaran saham perdana (IPO) dan pencairan pinjaman perbankan. "Kita spend capex USS 120 juta. Ini untuk tower dari operator Telkom grup Telkomsel, Indosat dan XL. Tiap kuar-talnya kami target 300-400 tower," ungkapnya.

Sepanjang triwulan I lalu, perseroan telah menyelesaikan pembangunan 256 tower. Masih ada lebih dari 500 tower yang siap dibangun perseroan hingga akhir tahun 2011. Selain itu, lanjut dia, perseroan juga berencana untuk melakukan akuisisi menara-menara yang dimiliki oleh operator selular seperti Indosat dan XL Axiata. "Selain pertumbuhan organik, kami juga berharap dapat melakukan akusisi towerdari operator selular misalnya milik Indosat atau XL," katanya.

Dia mengatakan, perseroan optimis industri telekomunikasi akan terus berkembang di dalam negeri dan akan dapat memberi kontribusi pendapatan pada TBIG [2,225 -25 (-1,1%)] ke depan.

"Penambahan equipment yang dipasang di atas tower tentu akan menambah revenue kami, dengan adanya pembayaran sesuai kontrak. Klien terbesar kami Telkom grup, dengan porsi mencapai 48,4 persen," ujarnya.

Saat ini, papar dia, perseroan memiliki kas internal sebesar Rp880 miliar hingga akhir Maret 2011. Sementara dana investasi pembangunan tower yang dianggarkan pada tahun inisebesar 120 juta dolar AS. "Selain dari kas internal, untuk kebutuhan investasi pembangunan menara dapat kita peroleh dari komitmen pinjaman yang telah ada," kata Herman.

Bagikan Dividen

Sebelumnya, dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) memutuskan untuk membagikan dividen sebesar 34,86% yang setara dengan Rp 113,9 miliar dari pencapaian laba bersih tahun 2010 mencapai Rp 326,7 miliar. Jumlah dividen setara dengan Rp 25 per saham.

Kata Herman, per 31 Maret 2011, TBIG [2,225 -25 (-1,1%)] telah memiliki 5.085 tenant dan 3.370 site telekomunikasi. Dimana site telekomunikasi milik perseroan yang teri-di dari 2.254 menara telekomunikasi, 706 shelteronly dan 410 jaringan DAS. Pada akhir Desember 2010, TBIG [2,225 -25 (-1,1%)] memiliki 4.729 tenant dan telah bertambah sebanyak 356 tenant baru selama triwulan pertama tahun 2011.

Sementara Direktur TBIG [2,225 -25 (-1,1%)] Helmi Yusman Santoso menyampaikan, perseroan juga masih memiliki pinjaman yang dapat ditarik sebesar USS75 juta hingga akhir tahun 2011. Disampaikannya, perseroan memiliki komitmen pinjaman yang dapat ditarik sebesar USS350 juta dari pinjaman sindikasi yang didapatkan sebesar US$2 miliar.

Perseroan telah menarik komitmen pinjaman sebesar USS275 juta pada Maret lalu. "Kita masihmemiliki pinjaman sebesar USS75 juta yang belum ditarik." ungkapnya.

Menurut Helmi, debt to equity ratio perseroan sebesar 1,3 kali dan net to ebitda 2,5 kali. Perseroan masih memiliki Rss dan komitmen pinjaman besar untuk pengembangan usaha seperti akuisisi aset menara dari perusahaan kecil. Kas perseroan sebesar Rp 800 miliar per Maret 2011. "Kita membutuhkan dana besar untuk pengembangan usaha," ujar Helmi.

Belanja modal yang sudah digunakan sebesar USS30juta per Maret 2011. Belanja modal digunakan untuk penambahan 356 tenant. Perseroan menganggarkan belanja modal sebesar USS120 juta pada 2011.

Sumber : HARIAN EKONOMI NERACA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar