Kamis, 12 Maret 2015

Konsolidasi Operator Bisa Tekan Defisit Neraca Perdagangan

12:59:17 | 12 Feb 2015
  
Konsolidasi Operator Bisa Tekan Defisit Neraca Perdagangan
Ilustrasi (dok)
JAKARTA (IndoTelko) – Konsolidasi yang terjadi di industri telekomunikasi diyakini bisa menekan defisit neraca perdagangan Indonesia di masa mendatang.
“Tahun ini saya prediksi total  investasi operator Indonesia sekitar US$ 4 miliar, itu hampir 80% belanja modalnya pakai dollar AS karena perangkat impor. Ini baru dari belanja operator, belum impor ponsel. Tidak salah kalau sektor telekomunikasi ini salah satu penyumbang defisit negara,” papar Menkominfo Rudiantara, kemarin. (Baca jugaInvestasi operator capai US$ 4 miliar)
Menurutnya, jika  jumlah operator di Indonesia bisa diperkecil menjadi empat pemain, maka penghematan bisa terjadi di sisi belanja infrastruktur. “Apalagi kalau nanti infrastruktur sharing, itu makin berhemat. Kalau operatornya efisien, nanti margin bisa dijaga, sehingga ada alokasi reinvestasi dan kualitas layanan makin bagus,” katanya berteori.
Ditambahkannya, untuk mendorong adanya konsolidasi di industri telekomunikasi, pemerintah akan menerbitkan Peraturan Menteri soal Merger dan Akuisisi pada awal kuartal kedua 2015.
“Aturan ini akan secara komprehensif memberi rambu-rambu soal merger dan akuisisi. Kita  juga tak capek bekerja per kasus bagi yang mau konsolidasi, acuannya Peraturan Menteri itu nanti,” pungkasnya.
Sebelumnya, dalam prediksi Fitch Ratings aksi konsolidasi di industri seluler masih akan terjadi pasca Axis diakuisisi XL dan Smartfren bersinergi dengan Bakrie  Telecom, serta diakuisisinya sebagian saham induk usaha Internux oleh First Media pada tahun lalu.
Kabar beredar adalah Indosat akan meminang Tri Indonesia. Walau kabar ini sudah dibantah keras oleh manajemen kedua operator namun sinyal konsolidasi menguat karena dalam penataan frekuensi 1.800 MHz, posisi frekuensi keduanya bertetangga. (Baca jugaKondisi  operator lebih sehat berkonsolidasi)
Lembaga pemeringkat Moody’s pun memprediksi jika konsolidasi terjadi di operator akan berdampak kepada bisnis pendukung seperti penyedia menara.
Saat ini jumlah menara telekomunikasi di Indonesia mencapai sekitar 72.000 unit dimana 45% diantaranya  dimiliki oleh PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo), PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR), dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG).
Pertumbuhan organik perusahaan menara diperkirakan akan menguat seiring dengan upaya operator memperkuat dan memperluas jaringan 3G atau 4G. Apalagi, operator juga cenderung melepas aset menara selama 12-18 bulan ke depan.(id)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar