Kamis, 15 September 2011

MENARA BERSAMA ANTAR OPERATOR


Menggunakan menara (tower) bersama untuk penempatan perangkat komunikasi oleh beberapa operator penyelenggara untuk layanan telekomunikasi nirkabel rencananya akan dilaksanakan di beberapa kota di tanah air. Berbagai alasan dikemukakan diantaranya untuk penataan kota dan ruang, karena seiring meningkatnya pemakaian telekomunikasi mengharuskan operator membangun menara supaya dapat melayani kebutuhan tersebut.
Jumlah menara BTS (Base Transceiver Station) yang terus bertambah di suatu wilayah merupakan konsekuensi dari perkembangan teknologi telekomunikasi, sebab tanpa dukungan menara jaringan operator akan terkendala yang berdampak pada pelanggan. Sebagai suatu rangkaian, maka perangkat untuk jaringan hares saling terhubung (point to point), boleh jadi letaknya di tempat datar atau tempat yang tinggi. Keterhubungan antar perangkat inilah yang membawa trafik pelanggan dengan tujuan pelanggan lain. Apalagi pada jaringan telekomunikasi nirkabel, penempatan perangkat untuk antena (cell) disebut BTS boleh jadi ditempat yang tinggi supaya mampu melayani area yang cukup luas agar signal dapat diterima pelanggan.

Namun penempatan antena tidak selalu di tempat yang paling tinggi, akan disesuaikan dengan disain jangkauan (coverage) mengacu pada pelanggan yang disasar. Hal lain yang sangat penting menyangkut transmisi dimana letak radio microwave harus Line of Sight (LOS) dengan perangkat radio microwave di menara lain, tidak terhalang gedung tinggi, pohon maupun bukit yang dapat menyebabkan hambatan dalam pengiriman signal..

Konsekuensi pertambahan menara disatu sisi akan berpengaruh pada keindahan, karena letaknya ada di sekitar pemukiman penduduk, di atas rumah serta tanah kosong kelihatan begitu mencolok. Menara sebagai rangkaian besi menjulang cukup tinggi dengan beberapa perangkat komunikasi bertengger diatas. Oleh karena itu perlu dilakukan penataan dengan menentukan lokasi yang tidak dapat dibangun merupakan jalur hijau dan penggunaan menara bersama supaya terkendali menghindari kota tidak menjadi hutan menara.

Langkah penataan maupun penggunaan menara bersama dipastikan bertujuan baik, ditinjau dari sisi operator tidak perlu mencari lokasi tanah, pengurusan IMB termasuk mendapat izin dari warga setempat di sekitar lokasi berdirinya menara. Semua menjadi tanggung jawab pengelola, walaupun ada sinyalamen warga menolak pembangunan suatu menara hal ini terjadi akibat mis komunikasi karena pihak kontraktor tidak menjelaskan secara rinci makna kehadiran suatu menara. Apalagi dari sisi keamanan, wajar saja warga mempertanyakannya padahal setiap pembangunan menara telekomunikasi, setiap operator telah melakukan proteksi terhadap lingkungan (warga) sekitar tempat berdirinya menara bekerjasama dengan pihak asuransi untuk memberikan ganti rugi apabila terjadi kerusakan harta benda warga disebabkan menara.

Keamanan menjadi faktor yang sangat penting untuk diperhatikan pada saat pembangunan menara, kontruksinya harus mampu menahan guncangan yang diakibatkan gempa bumi berkisar 8,6 s.d 9 SR (Skala Ritcher) maupun hembusan angin kencang dengan kecepatan 120 km/jam. Semakin tinggi menara akan semakin mudah mendapat guncangan , apabila didukung kontruksi yang kuat walaupun terjadi gempa dahsyat seperti terhadap menara BTS milik Indosat yang tersebar di daerah Aceh dan Nias tidak roboh dan perangkat telekomunikasi yang bertengger diatas tetap berfungsi dengan baik kata Ujang Syandra Head of Indosat Northern Sumatera Region.

Tempat Terbatas

Pihak yang akan ditunjuk untuk mengelola menara bersama harus sudah memikirkan dan mengantisipasi berbagai hal termasuk tempat perangkat, sebab perangkat yang digunakan berbeda untuk setiap layanan. Perbedaan ini berdasarkan alokasi frekuensi, seperti halnya layanan Indosat yaitu Mentari, IM3 dan Matrix berbasis GSM 900 dan DCS 1800 , StarOne berbasis CDMA dan Matrix 3,5 G berbasis 3 G. Perangkat jaringan yang berhubungan langsung dengan handphone (handset) pelanggan adalah antena (cell) terletak di atas menara, karena berbeda frekuensi maka antena masing-masing layanan berbeda juga. Untuk layanan GSM 900 dan DCS 1800 tergantung kebijakan operator karena dapat menggunakan type antena khusus disebut Cross Polar (1 cell dengan 1 antena) atau Single Polar (1 cell dengan 2 antena) dimana masing-masing type antena tersebut berpengaruh pada penguatan daya pancar (coverage).

Dari pengalaman di lapangan, kendala yang perlu diperhatikan untuk pemakaian menara besama. Pertama, tempat (space) yang tersedia terbatas untuk penempatan perangkat. Di wilayah padat penduduk dan banyak bangunan seperti perkotaan umumnya tinggi menara adalah 32, 42 , 52 meter, dengan bentuk mengerucut keatas. Dengan ketinggian 42 dan 52 meter maksimal hanya dapat digunakan oleh dua atau tiga operator. Kenapa demikian karena berhubungan dengan jumlah dan tipe antena yang akan dipasang, dimana hal tersebut tergantung pada layanan yang dioperasikan maupun desain coverage yang dikehendaki oleh masing-masing operator. Biasanya operator mendesain coverage BTS terdiri dari 3 cell (sektor), masing-masing cell dipancarkan oleh 1 atau 2 antena tergantung type yang digunakan. Misalkan pada satu menara bare di wilayah perkotaan, layanan Mentari, IM3 dan Matrix membutuhkan di tiap cell BTS sebanyak 2 antena terdiri 1 antena DCS 1800 (tinggi 1,2 meter) dan 1 antena GSM 900 (tinggi 2,1 meter). Kemudian StarOne (CDMA) membutuhkan 1 antena tinggi 2,1 meter dan Matrix 3,5 G membutuhkan I antena tinggi 1,2 meter.

Karena area yang dijangkau 3 sektor, maka jumlah antena yang dipasang untuk BTS tersebut sebanyak 3 GSM 900, 3 antena DCS 1800. 3 antena CDMA, dan 3 antena 3 G. Selain antena, masih ada antena radio microwave point to point dengan diameter 0,3 atau 0,6 meter hingga 1,2 meter yang digunakan sebagai media transmisi antara menara yang satu dengan yang lain. Pada umumnya antena GSM 900 dan CDMA dapat ditempatkan sejajar, sedangkan antena DCS dan 3 G letaknya lebih rendah dari antena GSM dan CDMA, namun ketentuan penempatan antena bisa jadi berbeda untuk masingmasing operator tergantung pada perhitungan disain coverage yang dikehendaki. Ditinjau dari ketinggian antena yang dipasang, hitungan pemakaian tempat untuk GSM 900 (2,1 meter) ditambah CDMA (2,1 meter) adalah 4,2 meter. Jarak antara antena diatas dengan bawah minimal 1 s.d 2 meter. Berarti sudah menggunakan tempat di menara sebanyak 6 meter kalau ditambah pemakaian tempat radio MW diameter 0,3 atau 0,6 meter maupun j arak dengan antena membutuhkan tempat sebanyak 8 meter.

Kedua, mencari Line of Sight jaringan teresterial (transmisi) yaitu arah sudut yang tepat (180 derajat) sebagai sebagai titik tembus optimal 2 radio microwave (MW) dari menara yang berbeda , boleh jadi ketinggian (altitude) radio MW sejajar, lebih tinggi maupun lebih rendah. Untuk mendapatkan LOS harus bebas hambatan gedung, pohon maupun bukit yang menjadi penghalang dalam mengirim atau menerima trafk. Idealnya menentukan LOS akan menghubungkan radio MW yang terdekat, jaraknya berkisar 1 s.d 3 kilometer dengan mempertimbangkan transmisi yang tersedia. Apabila dalam menentukan survey LOS tidak diperoleh titik tembus ke menara terdekat, hal ini berarti tidak efisien, karena akan menggunakan jaringan VSAT dimana saat ini slot transfonder satelit sudah sangat terbatas. Bagi operator, pertimbangan LOS menjadi faktor utama untuk mendirikan menara di wilayah perkotaan dan tempat lain. Tidak ada ketinggian baku untuk mendapatkan LOS, tergantung pointing dengan radio microwave yang akan dituju mungkin saja di ketinggian 30, 40 atau 50 meter dst. Operator akan meminta tempat sesuai LOS untuk penempatan radio microwave.

Ketiga, terbatasnya lahan kosong di perkotaan karena menara dengan tinggi 52 meter membutuhkan tempat 15 x 15 meter, dari hasil survey akan diketahui titik yang paling tepat untuk membangun menara. Penentuan letak menara tidak sembarangan karena berkaitan penempatan antena yang saling berhubungan dengan antena menara lain. Selanjutnya akan dilakukan pengetesan kondisi tanah (soil test) yang berhubungan dengan konstruksi. Kendati lokasi dapat digeser sampai 200 meter, boleh jadi kendalanya pada lahan yang tidak tersedia sehingga pembanguan tidak dapat dilaksanakan. Menyangkut shelter sebagai tempat perangkat telekomunikasi dapat didisain bertingkat agar mampu menampung berbagai perangkat operator.

Keempat, perencanaan akan datang akan lebih sulit bagi operator menyangkut pengembangan transmisi, karena seiring penambahan BTS baru diikuti pemasangan antena bare biasanya akan menjadi kendala keterbatasan tempat, apabila menara bersama digunakan sebagai (hub) trafik dari BTS yang lain disekitarnya. Semakin bertambahnya antena microwave bare di menara hub tersebut, tentunya akan menyulitkan dari sisi penempatan antena microwave yang sesuai dengan survey LOS. Adanya menara hub sangat dibutuhkan untuk menyalurkan trafik ke Base Station Cotroller (BSC).

Meski keterbatasan tempat diantisipasi melalui perubahan bentuk (disain) dan modifikasi infrastruktur menara , dimana penempatan perangkat dibuat bulat sekeliling menara
untuk menghemat tempat. Jumlahnya 2 atau 3 tempat dengan beda ketinggian 10 meter kendalanya tetap pada LOS. Penempatan antena (cell) juga mengacu pada perencanaan coverage (jangkauan) yang optimal sesuai target pasar dari masing-masing operator. Masalahnya adalah kalau masing-masing operator memilih target pasar yang sama yang hares di jangkau menara yang sama pula, konsekuensinya operator akan memilih posisi penempatan antena di tempat yang sama pada menara. Apalagi saat ini sudah ada beberapa operator penyelenggara yaitu Indosat, XL, Telkomsel, Telkkom, Fren, Esia, Selular 3 dan lain-lain, karena kebutuhan pada akhirnya masing-masing operator akan meminta menara yang baru untuk disesuaikan dengan perencanaan yang berfungsi sebagai BTS. Kalau fungsinya untuk Hub maupun BSC agak sulit berbagi tempat dengan operator lain karena menyangkut perencanaan jaringan dan transmisi masa akan datang. Dengan demikian rencana untuk membatasi jumlah menara akan mengalami kesulitan.

Kamumflse Menara

Jika estetika menjadi pertimbangan dalam pembangunan menara, hal ini dapat disikapi dengan penyamaran (kamuflase) melalui perubahan desain. Bentuknya tidak lagi mengerucut keatas, namun disamarkan seperti pohon atau bentuk lain yang diharapkan memberi keindahan. Pada malam hari harus diberi penerangan sehingga menara dapat menyemarakkan keindahan kota, hal ini sudah berlaku umum di negara maju. Untuk mewujudkan hal ini perencana tata kota dapat melakukan diskusi dengan seluruh operator. Konsekuensinya menyangkut tambahan biaya, namun kalau hal ini sudah disepakati dan mendapat persetujuan dari seluruh operator akan dilaksanakan.

Pertanyaan yang mengemuka bagaimana dengan menara yang sudah sudah ada (eksisting) dihubungkan dengan menara bersama? Kehadiran telekomunikasi nir kabel sudah dirasakan oleh masyarakat. Manfaatnya tidak lagi sebatas mempermudah komunikasi atau mobilitas, namun menggerakkan perekonomian. Walaupun letak suatu Desa masih sulit dijangkau, melalui kehadiran sarana telelekomunikasi akan mempermudah akses masyarakat kemanapun.

Investor baca operator yang sudah membangun menara dengan perangkat telekomunikasi sudah mengeluarkan cukup banyak investasi, karena rata-rata pembangunan menara BTS mencapai Rp 2 s.d 2,5 milyar. Kehadiran suatu BTS bukan semata-mata mengejar pendapatan adakalanya memperluas jangkauan, walaupun secara bisnis pendirian BTS di suatu daerah tidak menguntungkan akan tetapi tetap dioperasikan karena terjadi cross subsidi dari BTS yang lain. Kalau muncul wacana, BTS yang sudah eksisting suatu saat akan dialihkan pada menara bersama hares disikapi dengan baik karena menimbulkan berbagai konsekuensi. Perlu digaris bawahi sesuai undang-undang Penyelenggara jaringan telekomunikasi, pihak operator diwajibkan memberikan layanan berkualitas, disisi lain seperti diamanatkan undang-undang hak pelanggan akan dilindungi.

Pengamat telekomunikasi Guntur S Siboro mengungkapkan, pengalihan BTS eksiting ke menara bersama perlu mencermati kendala teknis yang dihadapi operator, pelayanan akan terganggu sehingga mempengaruhi mobilitas pelanggan, membutuhkan investasi yang besar untuk pengadaan perangkat, menambah biaya (cost), menurunkan pertumbuhan ekonomi dan menimbulkan masalah hukum antara pelanggan dengan operator maupun pengelolah menara bersama.

Oleh karena itu, menara bersama hanya efektif untuk memperluas jangkauan pelayanan bagi operator yang sudah eksisting, bagi operator yang bare akan lebih mudah melakukan adjustmen (perubahan) pada perencanaan mereka. Bukan berarti mereka tidak membidik pasar di daerah padat penduduk yang bermukim di kota besar, belakangan ini di beberapa tempat sudah terjalin sinergi untuk pemakaian menara bersama antara Indosat dengan XL dan operator lain.

Supaya kelihatan lebih indah, tidak menutup kemungkinan operator membuat kamuflase pada menara yang sudah dioperasikan, menandai kehadirannya agar memberi kontribusi dapat memberlakukan restribusi untuk meningkatkan Pendapatan Ash Daerah (PAD). Telekomunikasi menjadi penting bagi kehidupan masyarakat karena memberi nilai tambah, dan yang pasti teknologi akan terus berkembang untuk diaplikasikan di negara tercinta ini, menyangkut dampak perkembangan teknologi dapat diselesaikan melalui diskusi dan pemahaman. (*)
[ Red/Revdi Iwan Syahputra ]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar