Selasa, 17 Desember 2013

Biaya Perawatan Menara Telekomunikasi Diestimasi Naik 20%

JAKARTA - Biaya perawatan atau maintenance cost menara telekomunikasi diperkirakan naik sekitar 20% pada 2014. Kenaikan itu untuk menyesuaikan dengan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), kenaikan upah tenaga kerja, dan inflasi sepanjang 2013. 
Peter Simanjuntak, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengembang Menara Telekomunikasi (Aspimtel), mengatakan secara prinsip seharusnya ada kenaikan biaya maintenance menara telekomuniksi pada tahun ini. Bahkan beberapa operator telekomunikasi  secara otomatis menaikkan biaya maintenance, seperti PT Hutchison 3 Indonesia. Beberapa operator lain belum melakukan kenaikan itu. 
Dua komponen utama yang mendorong kenaikan biaya maintenance yakni kenaikan harga BBM, terutama bensin dan solar, serta kenaikan upah pekerja. Dua komponen ini berkontribusi 60% terhadap biaya maintenance. 
"Jika kenaikan BBM sekitar 30% dan kenaikan upah hampir 100%, dari hitungan kasar, maka rasionalnya kenaikan biaya sekitar 20%," kata Peter kepada Finance Today, Jumat. 
Menurut dia, pihaknya saat ini masih menghitung secara rinci berapa potensi kenaikan biaya maintenance pada tahun depan.  Sementara pada semester II tahun ini, banyaknya perusahaan menara telekomunikasi yang go public untuk menjadi lebih besar. 
Setelah menjadi perusahaan terbuka, pemegang saham mendorong manajemen memperbesar perseroan menjadi lebih baik lagi.  Cara yang ditempuh antara lain secara organik dengan bangun menara baru dan anorganik seperti aksi akuisisi. 
"Secara organik dan anorganik, operator code division multiple access (CDMA) melemah. Sementara operator global system for mobile communications (GSM) tetap kuat, dan yang menunda hanya satu, yakni Axis. Operator Axis menunda pembangunan atau penyewaan menara baru, sebab masih dalam proses akan diakuisisi aset menaranya," ujar Peter. 
Saat ini penyewa utama menara adalah operator telekomunikasi. Durasi sewa menara biasanya 8 tahun-10 tahun, dengan masa perpanjangan hingga lima tahun. 
Data Asosiasi menyebutkan permintaan menara baru setiap tahun mencapai 6.000 unit. Sekitar 60% dari permintaan tersebut didorong dari kebutuhan  PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL). Sementara permintaan menara dari operator CDMA cenderung stagnan. 
Permintaan terhadap menara telekomunikasi disebabkan masih banyak daerah yang belum terjangkau layanan operator (blank spot). Selain itu, ada strategi dari operator untuk memperluas cakupan layanan, terutama layanan data, hingga ke daerah pelosok atau rural area. 

Dalam Kajian 
Herman Setya Budi, Presiden Direktur PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), emiten menara, mengatakan perseroan masih melakukan kajian untuk menaikkan atau tidak biaya maintenance pada tahun depan. Sedangkan harga sewa atau kontrak tahun ini tetap, sebab sudah dikunci  dengan kontrak jangka panjang hingga 10 tahun. 
"Kemungkinan biaya maintenance bisa naik, jika melihat inflasi, kenaikan bahan bakar, dan biaya upah 2013. Kami akan pertimbangkan dulu. Dari perhitungan kami, kenaikan-kenaikan itu tidak menjadi masalah besar, sehingga biaya maintenance tidak perlu naik," kata Herman.
Pada kuartal I 2013, jumlah site Tower Bersama mencapai 8.810 site, PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) 8.992 site, dan PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR) 3.065 site. 
Riset Finance Today menyebutkan laba bersih per site Tower Bersama mencapai Rp 31,9 juta. Sementara laba bersih per site Sarana Menara Rp 19,3 juta dan Solusi Tunas Pratama Rp 16,9 juta.(*)

Aprillia Ika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar