Selasa, 17 Desember 2013

XL Axiata Sebaiknya Pilih Opsi Utang Bank

XL Axiata Sebaiknya Pilih Opsi Utang Bank

BY BRIGIDA ERNESTINA E. WEA & M SYAKUR USMAN
JAKARTA – PT XL Axiata Tbk (EXCL) menyiapkan empat opsi untuk melunasi semua kewajiban PT Axis Telekom Indonesia, setelah proses akusisi disetujui pemerintah pada akhir November lalu. Departemen Riset Finance Today menilai, pinjaman bank bisa menjadi opsi yang paling aman, selain opsi lain berupa penjualan aset menara telekomunikasi, penambahan modal melalui penerbitan saham baru (rights issue), atau pinjaman induk usaha, Axiata Group Berhad, yang memiliki saham 66,4%.

Berdasarkan perhitungan Departemen Riset Finance Today, penambahan utang baru melalui pinjamanbank merupakan pilihan aman meskipun akan terjadi kenaikan rasio utang kena bunga terhadap ekuitas (debt to equity ratio/DER). Hingga kuartal III 2013, DER XL Axiata tercatat sebesar 1,58 kali.

Dalam kurun waktu sembilan bulan 2013,  tiga operator besar, PT Telekomunikasi Indoensia Tbk (TLKM) lewat anak usaha PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), PT Indosat Tbk (ISAT), dan XL Axiata mencatat kenaikan DER. Namun rata-rata rasio utang emiten operator telekomunikasi tidak terlalu tinggi.

Posisi utang XL Axiata masih lebih rendah dari Indosat yang mencatat kenaikan utang kena bunga per ekuitas tertinggi, yakni sebesar 0,25 kali. Di sisi lain, XL merupakan satu dari tiga emiten yang mencatat penurunan produktivitas aset di kuartal III 2013, yakni sebesar 0,04 kali. Rasio aset diukur berdasarkan kemampuan aset perusahaan untuk menghasilkan pendapatan dalam periode tertentu.

Menurut riset Finance Today, penurunan produktivitas aset XL Axiata menunjukkan ketidakmampuan perusahaan memaksimalkan pertumbuhan aset yang ada ke dalam pertumbuhan pendapatan yang lebih tinggi. Dengan demikian opsi menjual menara yang merupakan aset perusahaan bukan opsi yang baik untuk membayar utang perusahaan, pascaakuisisi Axis, karena berpotensi memperbesar penurunan produktivitas aset perusahaan.

Sementara opsi lain seperi rights issue pada umumnya dipilih perusahaan sebagai pilihan terakhir, karena ini bisa memberikan dampak pada delusi kepemilikan pemegang saham dan bisa memakan waktu lebih lama karena harus mendapat persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Namun rights Issue merupakan salah satu alternatif yang baik untuk mendapatkan dana tanpa meningkatkan DER.

Proses akusisi XL Axiata terhadap Axis sudah dimulai sejak September lalu, XL Axiata meneken conditional sales and purchase agreement (CSPA) dengan Saudi Telecom Company (STC) dan Teleglobal Investmen B.V (Teleglobal), untuk membeli 95% saham Axis senilai US$ 865 juta.

Rencana akuisisi tersebut disetujui pemerintah lewat surat Menteri Komunikasi No 1147 Tahun 2013 pada 28 November. Mengutip riset JP Morgan, Axis diestimasi masih merugi Rp 3,7 triliun per tahun pada tahun pertama dan kedua, setelah akuisisi selesai.

Jual Menara
Hasnul Suhaimi, Presiden Direktur XL Axiata, sebelumnya menyatakan sedang mengkaji beberapa opsi untuk membayar seluruh kewajiban Axis Telekom Indonesia (Axis), setelah rencana akuisisi-mergernya disetujui pemerintah.

Dia menjelaskan perseroan sedang menyiapkan empat opsi, terkait skema pendanaan utang Axis yang diperkirakan mencapai Rp 17 triliun. Keempat opsi tersebut adalah  menjual aset menara telekomunikasi, melakukan pinjaman bank, melakukan right issue, dan meminjam dana dari induk usaha, Axiata Group Berhad, yang memiliki saham 66,4%.

"Ketika proses akuisisi-merger ini sudah closing, kami akan menyampaikan secara rinci soal skema dan opsi pendanaannya. Opsi pinjaman bank bisa dari mana saja baik bank lokal maupun asing. Bisa juga opsi menjual menara XL atau Axis. Namun itu semua masih opsi. Kami belum sejauh itu melakukan penjajakan," kata Hasnul, pekan lalu.

Berdasarkan data yang dihimpun Finance Today, XL Axiata mempunyai 8.000 menara milik sendiri. Sementara Axis mempunyai 6.200 unit. Saat ini XL Axiata memiliki 55,8 juta pelanggan dan Axis 17 juta pelanggan.(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar